Beranda | Artikel
Doa Memperbaiki Diri, Agama dan Dunia
Selasa, 28 Juli 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Syafiq Riza Basalamah

Doa Memperbaiki Diri, Agama dan Dunia adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Al-Adabul Mufrad. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. pada Senin, 06 Dzulhijjah 1441 H / 27 Juli 2020 M.

Kajian sebelumnya: Doa-Doa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Ceramah Agama Islam Tentang Doa Memperbaiki Diri, Agama dan Dunia

Hadits 667

Imam Bukhari dengan sanadnya meriwayatkan hadits ini sampai kepada Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu. Namun hadits ini secara sanadnya dhaif, disitu ada perawi hadits yang bernama Al-Haitsam bin Jamil.

Akan tetapi kita bahas makna haditsnya dulu. Abu Hurairah mengatakan bahwa Nabi bersabda:

إِنَّ أَوْثَقَ الدُّعَاءِ أَنْ تَقُولَ : اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي ، وَأَنَا عَبْدُكَ ، ظَلَمْتُ نَفْسِي ، وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي ، لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ ، رَبِّ اغْفِرْ لِي.

“Sesungguhnya doa yang paling kuat (kokoh/ampuh) adalah hendaklah engkau berdoa mengatakan: ‘Ya Allah Engkau Rabbku dan aku hambaMu, aku telah mendzalimi diriku sendiri, aku mengakui dosa-dosaku, tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau, wahai Rabbku ampuni aku.”

Secara makna, hadits ini shahih dan sudah pernah kita bahas dalam doa sayyidul istighfar, yaitu istighfar yang paling utama. Dimana seorang hamba mengatakan:

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

Lihat: Bacaan Sayyidul Istighfar Beserta Penjelasannya

Secara makna mungkin kurang lebih sama. Dimana dalam doa ini ada pengakuan bahwa “Engkau Ya Allah adalah pencipta, Engkau yang mengurus aku, Engkau yang memiliki diriku, semua urusanku ada di tangan-Mu, aku adalah hamba-Mu.”

Doa ini menjadi “ampuh” karena di situ ada pengakuan seorang hamba sebagai hamba dan pengakuan dari hamba bahwa Allah sebagai penciptanya. Karena ketika seseorang tahu dengan posisi dia dan dia tahu dengan siapa dia berhadapan, maka biasanya akan tulus ketika memohon dan berdoa.

Jadi doa-doa yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hendaklah kita fahami maknanya, kemudian kita hayati dalam pembacaannya. Karena diantara rahasia doa itu dikabulkan adalah kekuatan dari yang memohon dengan penuh keyakinan. Dia merendahkan diri mengatakan: “Engkau Penciptaku, aku hamba-Mu”, mau diapakan juga Engkau bisa melakukan semua itu, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Setelah itu kita baru meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Oleh karena itu kita lihat bagaimana Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam beristighfar, memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu bagaimana Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diakhir hayatnya, setelah turunnya firman Allah:

وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّـهِ أَفْوَاجًا ﴿٢﴾ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا ﴿٣﴾

Setelah turun ayat ini, Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam banyak-banyak membaca:

سُبْحانَكَ اللَّهُمَّ ربَّنَا وَبحمْدِكَ، اللَّهمَّ اغْفِرْ لِي

“Maha Suci Egkau Ya Allah, segala puji untuk-Mu, ampuni aku Ya Allah.”

Ini adalah pengakuan dari hamba bahwasannya Allah Maha Suci, Allah yang terpuji, semua kebaikan datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, semua keburukan itu dari kita, lalu kita mengatakan “Ampuni aku Ya Allah”.

Maka ketika ruku’ dan sujud, Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam membaca: سُبْحانَكَ اللَّهُمَّ وَبحمْدِكَ، اللَّهمَّ اغْفِرْ لِي. Kata ‘Aisyah Radhiyallahu Ta’ala ‘Anha, dia mengatakan:

يتأوَّل الْقُرْآن

“Beliau melaksanakan apa yang diperintahkan dalam Al-Qur’anul Karim.”

Maka ingat, semakin kita mengakui posisi kita dan memahami posisi Allah ‘Azza wa Jalla, Dialah Rabb, kita adalah hamba-Nya yang penuh dengan dosa, maka harapan doa kita dikabulkan lebih besar. Dan Nabi mengajarkan hal itu kalau berdoa. Yaitu dengan memanggil nama Allah. Juga seperti yang dicontohkan dalam doa Nabi Adam:

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ ﴿٢٣﴾

Dalam doa ini Nabi Ibrahim memanggil: “Wahai Rabb kami”, Engkau yang menciptakan kami, Engkau yang mengurus kami sejak kami tidak ada sampai ada dan sampai dibangkitkan nanti, semua ada ditangan-Mu Ya Allah, Engkau Rabb kami Ya Allah.

Lalu mengakui kondisi kita, “Kami banyak mendzalimi diri kami Ya Allah.” Banyak dosa-dosa yang kita lakukan. “Kalau Engkau tidak mengampuni dan tidak mengasihi kami, niscaya kami menjadi orang-orang yang merugi.”

Jadi hamba memposisikan diri sebagai hamba yang berlumuran dosa dan dia meletakkan Allah sebagai Rabb Pencipta dia.

Hadits 668

Imam Bukhari mengatakan:

Yahya bin Bisyr menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu Qathan menceritakan kepada kami dari Ibnu Abi Salamah -yakni ‘Abdul ‘Aziz- dari Quddamah bin Musa, dari Abu Shalih: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam  berdoa:

اللَّهمَّ أَصْلِحْ لِي دِيني الَّذي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي، وأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتي فِيهَا مَعَاشِي، وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتي الَّتي فِيها مَعَادي، وَاجْعلِ الحيَاةَ زِيادَةً لِي في كُلِّ سُوْءٍ

“Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku yang merupakan pegangan urusanku. Dan perbaiki bagiku duniaku yang di situ ada kehidupanku. Dan jadikan kematian rahmat untukku dari segala keburukan.”

Di dalam riwayat Imam Muslim dalam kitab shahihnya, disebutkan lebih lengkap lagi lafadznya. Nabi meminta kepada Allah:

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي، وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي، وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ

“Ya Allah perbaiki bagiku agamaku…”

Disaat manusia banyak menjadikan agama sebagai barang yang disepelekan. Bahkan ada yang cerita kepada ana, bahwasanya di Amerika pernah salah satu perusahaan dari Uni Emirat Arab yang membuka lapangan pekerjaan di sana, sehingga ada formulir yang harus diisi. Ketika disuruh mengisi formulir, di situ ada pertanyaan agamanya apa. Lalu orang itu marah. Mereka berpikir kenapa harus ditanya agama, mereka menganggap itu sesuatu yang tidak perlu, yang penting dedikasi.

Ingat juga beberapa waktu lalu pernah ada usulan di negeri kita untuk menghilangkan kolom agama di KTP. Hal ini karena ada yang berpandangan bahwasannya agama itu menjadikan masalah. Orang-orang PKI atau orang-orang Komunis beranggapan bahwa agama adalah sesuatu yang merusak, membuat orang menjadi malas, tidak semangat. Adapun orang-orang liberal, mereka memandang bahwa agama mengkotak-kotakkan orang, mebuat kekacauan.

Subhanallah.. Lalu kenapa Allah turunkan kitab suci, Allah utus Nabi, Allah sempurnakan agama-Nya, kalau ternyata manusia memandang agama ini merusak. Tentu ini sangat bertentangan sekali dengan akal sehat manusia. Padahal berjalannya roda kehidupan dengan baik adalah tatkala agama dijalankan.

Kadangkala agama itu -ini adalah cerita kawan-kawan di Afrika dulu- biasanya kalau mau pemilu di sana, yang laris adalah guru-guru agama, ustadz-ustadz, kyai. Hal ini karena para calon yang hendak mendaftarkan diri jadi presiden, gubernur atau yang lainnya, Dia mendekati tokoh agama dengan harapan dia bisa menyuruh orang-orang yang beragama itu untuk memilih dia. Tapi setelah pemilu, tokoh agama ditendang lagi oleh mereka. Itu di beberapa negara di Afrika.

Artinya memang ada yang memandang agama ini sebagai alat. Padahal sebenarnya agama ini bukan alat. Agama ini adalah pedoman hidup kita. Ketika semua pedoman yang dibuat oleh manusia direvisi, diperbaiki, diganti, ingat agama kita tetap, tidak akan berubah. Aturan agama kita Al-Qur’anul Karim sebagai kitab kita, itu kalau engkau ingin selamat di dunia dan di akhirat. Jangan hanya berpikir selamat di dunia. Adapun selamat di dunia, Allah sudah turunkan kitab-Nya, Allah telah tentukan aturan-aturannya. Kalau mau berbicara ekonomi, Allah pun sudah menetapkan tentang bagaimana ekonomi yang sehat, bagaimana ekonomi yang terus tumbuh berkembang memberikan manfaat kepada setiap umat, itu sudah ada dalam Al-Qur’anul Karim.

Ketika kita berbicara militer, bagaimana sebuah negara memiliki kekuatan militer yang kokoh, itu juga sudah dibahas dalam Al-Qur’an. Ketika berbincang tentang hubungan internasional, ini juga dibahas dalam Al-Qur’anul Karim. Ketika berbincang tentang peperangan yang terjadi dan apa yang dilakukan di medan perang, itu juga dibahas. Dalam kondisi aman, damai, itu juga dibahas. Urusan sosial, bagaimana mengurangi pengangguran, mengurangi kemiskinan, bahkan mengentaskan manusia dari kemiskinan, dalam Al-Qur’anul Karim juga dibahas. Dan yang terpenting yang dibahas dalam Al-Qur’anul Karim adalah masalah hubungan hamba dengan penciptanya, yaitu tentang tauhid, tentang keimanan, itu yang menjadi fokus pembahasan Al-Qur’anul Karim. Adaun urusan-urusan dunia yang lainnya, itu hanya pendukung bagaimana tauhid ini bisa berjalan.

Jadi kalau ada orang yang berpandangan bahwasanya agama ini adalah sampingan, ketika diperlukan baru dia datang, engkau salah. Hatimu tidak akan pernah damai, hidupmu tidak akan pernah tentram, kecuali tatkala hatimu penuh dengan keimana kepada agama ini dan bersih dari segala ketergantungan kepada makhluk, mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, menanamkan di dalam hati Laa Ilaaha Illallah dan membunyikan Laa Ilaaha Illallah  tersebut dalam kehidupan kita. Maka Nabi berdoa meminta kepada Allah supaya diperbaiki agama kita.

Baca juga: Syarat-Syarat Laa Ilaaha Illallah

Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian

Download mp3 yang lain tentang Al-Adabul Mufrad.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48799-doa-memperbaiki-diri-agama-dan-dunia/